PENDAHULUAN
Dewasa ini segala sesuatunya sudah
ada aturan-aturan yang dibuat berdasarkan keputusan, kebiasaan di masyarakat
tertentu. Salah satunya dari kekuasaan. Kekuasaan adalah kewenangan yang
didapatkan oleh seseorang atau sekelompok guna menjalankan kewenangan tersebut
sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kekuasaan juga bisa membuat seseorang
atau sekelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial,
kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai empiris pengaturan
keluarga. Misalnya kewenangan orangtua, kewenangan kepemimpinan informal dalam
setiap organisasi (sekolah, tentara, industri&birokrat, dan masyarakat
mulai dari primitif sampai dengan masyarakat luas, bangsa moderen, dan
sebagainya. Dengan hal ini, tentu dapat menambah pengetahuan kita tentang
kekuasaan agar bisa menjalankan peraturan dengan baik dan benar serta
bermanfaat untuk orang lain.
DEFINISI KEKUASAAN
1. Kekuasaan
adalah kemempuan seseorang untuk memperoleh sesuatu sesuai dengan cara yang
dikehendaki (Gibson et al.,1990).
2. Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002).
3. Kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
SUMBER-SUMBER KEKUASAAN
Sumber
kekuasaan ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2) kepribadian, dan (3) politik
menurut French & Raven (1959).
Kekuasaan
yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan
yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis.
1. Kekuasaan
formal atau legal (French & Raven, 1959)
Termasuk
dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana
menteri, dan sebagainya yang mendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan/atau
diperkuat dengan peraturan perundangan yang resmi.
2. Kendali
atas sumber dan ganjaran (French & Raven, 1959)
Majikan
yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku
atau kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada anggota atau bawahannya,
dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan jenis ini.
3. Kendali
atas hukuman (French & Raven, 1959)
Ganjaran
biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasanya juga
terkait dengan kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang
sumbernya hanya kendali atas hukuman saja. Kepemimpinan jenis ini adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contohnya adalah preman-preman
yang memunguti pajak dari pemilik-pemilik toko. Para pemilik toko mau saja
menuruti kehendak para preman tersebut karena takut mendapat perlakuan kasar.
Demikian pula anak kelas 1 smp takut kepada seniornya murid kelas 3 yang galak
dan suka memukul sehingga kehendak seniornya itu selalu dituruti.
Kekuasaan
yang bersumber pada kepribadian
Berbeda
dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kedudukan, kepemimpinan
yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian dari sifat-sifat pribadi,
yaitu sebagai berikut.
1. Keahlian
atau keterampilan (French & Raven, 1959)
Dalam
salat berjamaah agama islam, yang dijadikan pemimpin salat (imam) adalah yang
paling fasih membaca ayat Alqur’an. Disebuah kapal atau pesawat udara, mualim
atau penerbang yang paling terampillah yang dijadikan nahkoda atau kapten.
Pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan
karena dokterlah yang di anggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
2. Persahabatan
atau kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat
dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat meripakan sumber
kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin. Ibu-ibu ketua kelompok
arisan, misalnya dipilih karena sifat-sifat pribadi jenis ini. Ibu Theresa
birawati yang hidupnya sepenuhnya dibaktikan untuk menolong anak-anak miskin di
Bombay, dianggap sebagai pemimpin karena persahabatan dan kesetiaan kepada
anak-anak tersebut. Demikian juga halnya dengan pemimpin yayasan panti asuhan
dan lembaga sosial lainnya.
Selanjutnya,
berdasarkan berbagai sumber kekuasaan
tersebut French & Raven (1959) menyusun sebuah kategorisasi sumber
kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota (target) dan pemimpin (agent) sebagai
berikut :
Kekuasaan
ganjaran : target
taat agar ia mendapat ganjaran yang diyakininya dikuasai atau kendalikan oleh agent
Kekuasaan
koersif (pemaksaan) : target taat agar
ia terhindar dari hukuman diyakininya diatur oleh agent
Kekuasaan
resmi (legitimate) : target taat
karena ia yakin bahwa agent mempunyai hak untuk membuat ketentuan atau peraturan
dan bahwa target mempunyai kewajiban untuk taat
Kekuasaan
keahlian (expert) : target taat
karena ia yakin atau percaya bahwa agent mempunyai pengetahuan khusus tentang cara
yang terbaik untuk melakukan sesuatu
Kekuasaan
rujukan : target taat
karena ia memuja agent atatu mengidentifikasikan dirinya dengan agent dan
mengharapkan persetujuan agent.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan
Sarwono, Sarlito. 2005. Psikologi Sosial Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan.
Jakarta : Balai Pustaka
Anwar,
H. Fuad (2004). Melawan Gus Dur, Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa.
Komentar
Posting Komentar